Laman

Sabtu, 18 Agustus 2012

Astagfirullahaladzim. Astagfirullahaladzim. Astagfirullahaladzim. Hari ini adalah hari terakhir puasa, begitu menjadi sesuatu yang berharga bagi saya dibulan Ramadhan, terasa cepat berlalu. Takbir berkumandang lalu menjadi getar dihati. Seperti hal biasanya, mereka menyalahgunakan malam kemenangan ini dengan bersenang-senang hingga berbuat maksiat. Malam ini aku bersama keluargaku keluar ke mid night sale, dan ketika sudah mendapatkan baju, kami bergegas mencari makanan karena perut kami begitu keroncongan. Kami memilih tempat yang masih hidup ketika sudah menjelang malam, tempat yang begitu nyaman, ada live music dan lain-lain. Namun suatu hal yang membuatku kecewa, baru saja aku melangkahkan kakiku kedalam sana, seseorang wanita yang begitu cantik memamerkan tubuhnya, nyaris tidak berbaju. Hatiku piluh sepiluh-piluhnya, ku pandangi terus wanita itu, berharap dia menoleh dan menyadari bahwa aku melihatnya begitu salah. Dan akhirnya diapun menoleh padaku, tatapannya seperti ibu tiri. Ku tundukkan kepalaku, aku menggeleng-geleng. Bertanya-tanya dalam hati tentang mengapa dia begitu senang memakai baju primitif itu. Setiap mata menoleh padaku malam ini, mereka aneh, ada gadis berjilbab didalam itu, dan jilbabnya begitu panjang. Jelas aku risih dengan pandangan mereka, seolah-olah disini aku yang salah, salah menempatkan diri didalamnya. Ku nikmati saja live music disana, sampai ku toleh lagi wanita yang memakai baju primitif itu, ternyata dia sedang memandangiku lagi. Kudoakan dalam hatiku semoga Allah memberinya hidayah, setidaknya ketika dia tidak bisa menjadikan dirinya berjilbab, berpakaian sopan saja sudah memberiku ketentraman. Lalu ketika aku makan, aku menoleh pada sudut kananku, ku dapati orang yang ku kenal dahulu, cantik secantik-cantiknya seperti barbie, namun sayang, saat itu dia sedang asik dengan sekuntung rokoknya. Hatiku sangat renyuh, apakah ini salah kami yang tak pernah mengingatkan sesama? Sudah lama aku tak menemui lagi tempat seperti itu. Ternyata begitu banyak cerita renyuh seperti dahulu kala. Apakah ini akhir zaman? Ya Allah Ya Rabbi. Ampuni dosa kaum kami ya Allah, jikalau kami telah berbuat begitu maksiat :(

Selasa, 07 Agustus 2012

Berubah? Haruskah dicurigai?

     Yapppp!!!! Hari pertama MOS di sekolah baru, aku senang bisa bergabung dengan teman baru, lingkungan baru dan tentunya sekolah baru. Sekolah ini penuh nuansa islami yang begitu kuat, terkenal dengan imtaq yang baik sekotaku. Aku jelas bangga masuk kesini. Tapi aku tak pernah berniat untuk berubah dari diriku yang dahulu. Hari pertama aku masih dengan kebiasaan kentalku, berbicara kasar, bersenda gurau dengan menggunakan kata-kata yang tak enak di dengar dan lain-lain. Semua itu mengasyikkan tentunya, aku masih menjadi diriku yang aku cintai keadaannya, tanpa menghiraukan orang lain yang mengkritikku, tanpa merasa bersalah dengan segala apa yang sudah telah diucapkan oleh lisanku.
     Namun seiring berjalannya waktu, satu atau dua hari aku mengikuti mentoring. Ku dengarkan mereka berbicara dengan indah dan fasihnya, melantunkan kata-kata islami nan indah. Dan entah, suatu ketika hatiku tergetar, aku merasa begitu banyak kesalahan terhadap-Nya. Aku melalaikannya, aku sering berkata tak baik, aku tak pernah menutup auratku, bahkan aku teringat ketika aku masih SMP. Waktu itu hari jumat, hari dimana diwajibkan bagi setiap sekolah negeri memakai baju muslim dan yang wanita memakai jilbab, tentunya di sekolahku juga, namun ketika sudah waktunya bel pulang aku melepasnya, aku merasa gerah memakai itu dan aku merasa aku lebih jelek memakainya. Lalu seorang guru agam datang padaku, dia memarahiku habis habisan, aku dicubit, namun aku seperti tanpa dosa, aku hanya tersenyum lalu menjauhinya. Astagfirullah, aku tak ingin lagi seperti itu.
     Aku pulang. Ku cubiti pipiku, ku tampar mukaku, dan ku lihat pada cermin seraya bertanya pada diriku sendiri "INIKAH AKU SEBENARNYA? PENUH DOSA!!!" ketika solat aku menangis, mohon ampun atas segala yang ku lakukan selama ini, aku tahu Allah maha pengampun. Ku lengkapi solat demi solat, aku pun senantiasa membaca Al-Qur'an yang begitu indah itu. Namun semuanya masih belum sama sekali mengobati penyesalanku, ku telaah lagi, alangkah baiknya Allah memberiku kesempatan untuk bertaubat. Bagaimana jika aku sudah meninggal kemarin? Tanpa ada taubat. Aku rasa 1000000000x aku akan menyesal hidup dalam sia-sia. 
     Hari pertama itu aku mulai memantaskan diri dengan kerudungku, kerudung pertama yang ku pakai adalah kerudung berwarna biru dengan motif yang biasa saja. Aku tidak merasa begitu cantik, tetapi aku merasa sederhana dan dihargai sebagai seorang wanita. Aku merasa inilah yang aku cari selama ini. Menjadi wanita yang seutuhnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Lalu aku senang mencari tentang apa yang belum ku pelajari tentang jilbab dan aku senang mempost nya di twitterku. Namun semua orang mengiraku sebagai "Pencitraan" padahal DEMI ALLAH niatku hanyalah ingin berbagi, bukan untuk menjadi lebih baik dimata mereka, namun dimata Allah. Mereka mengejekku tak pantas, munafik, dan lain-lain. Ya wajar saja, baru saja pertama kali aku memakai jilbab, tetapi di twitterku seperti orang yang sudah tahu fasih tentang islam. Aku masih merasa wajar sampai saat itu. 
    Sampai suatu ketika, handphone ku bergetar, seseorang memberi tahu padaku bahwa senior disekolah tidak ada yang menyukaiku, bahkan mereka mengejekku didepannya. Hari itu hari pertama aku meneteskan air mata ketika aku telah menjadi aku yang baru, aku terisak tanpa ingin ibuku melihat semua itu, aku berlari ke kamarku lalu menangis sekuat-kuatnya. Aku bertanya dalam hati "Apakah aku begitu buruk dimata mereka? Apakah aku pernah berbuat salah pada mereka yang sebelumnya aku tak pernah kenal sama sekali? Entahlah" sampai pukul 00.00 layaknya seseorang ABG biasa, aku mempost setiap keluhanku dalam twitterku, aku bingung harus cerita pada siapa, tiada teman yang ku dapati begitu baik saat itu. Aku hanya bisa diam diam dan muhasabah dalam diriku. Aku mencari dimana letak kesalahanku pada mereka. 
   Seiring berjalannya waktu, hujatan demi hujatan datang lagi. Ketika pesantren ramadhan aku dijadikan ketua kelompok, seorang mengatakan bahwa yang menjadi ketua kelompok saat itu adalah yang namanya di blacklist oleh senior-senior. Aku tersentak lagi. Aku mendapati ilmu tentang dakwah dan ternyata manusia itu bisa berdakwah dengan segala cara yang baik, bil haq, bil qalam, dan bil lisan. Tersirat difikiranku untuk bil qalam dalam akun yang aku punya, di twitter aku sering mempost apa yang telah aku dapat hari itu, namun ku dapati lagi hujatan tentang bahwa aku hanyalah ingin terlihat baik di depan mereka. Untuk kesekian kalinya aku menangis sampai mataku sembab dan ketika aku bangun tidur mataku terasa begitu sakit. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan, sampai akhirnya ku temui lagi hujatan itu, hujatan yang begitu sakit ku dapatkan. Namun kudapati lagi seseorang berkata padaku "La tahzan, innallaha ma'ana" yang artinya "Jangan bersedih, Allah bersama kita" Aku tersenyum dan merasa begitu kuat. Subhanallah, aku selalu ingat kata itu ketika aku menangis, dan alasan aku berhenti menangis adalah kata-kata itu. Entahlah, sampai dimana hujatan ini akan berakhir. Aku lelah menangis di setiap malam, namun satu yang pasti, aku tak pernah lelah untuk mendoakan mereka dalam solatku, aku tak pernah meminta mereka untuk husnudzon padaku, tetapi setidaknya aku meminta agar tidak ada lagi su'udzon pada diri mereka. 

Senin, 06 Agustus 2012

Setiap wanita mendambakan lelaki tampan nan soleh
Datang dan memberinya setangkai bunga mawar yang indah
Memimpinnya dalam sholatnya
Menuntunnya kejalan Allah 

      "Aku ingin memilikimu hari ini, esok dan seterusnya, humairah" lalu aku tersenyum dan menangis. Subhanallah, kata yang ia ucapkan begitu indah nan suci. Aku merasa sempurna ketika memilikinya. Hari hari ku sungguh begitu indah ku jalani bersamanya. Cinta yang ia berikan layaknya tak akan pernah hilang, ia menuntunku untuk selalu berjalan di jalan Allah, begitu tawadhunya dalam mencintai dan membimbingku. Ketika ku salah, ia membenarkannya. Kala aku gundah, dia mencari tawa itu kembali. 
       Namun suatu malam ku temui dia sedang terteguh dalam doanya, dia menangis meminta kepada Allah dalam tahajudnya, dalam doa yang penuh kekhusyukan "Ya Allah....... Izinkan aku mencintainya karena-Mu, sehingga rasa ini tak akan pernah berubah walaupun kami tak mendapatkan keturunan" aku terdiam, menelaah dan menangis. Ya Allah Ya Rabbi, kata-katanya benar, namun ini yang membuatku berfikir 100x lagi untuk tumbuh menua bersamanya. Aku merasa bersalah dan tak memberinya sedikitpun kebahagiaan ketika dia memberiku 1001 alasan untuk bahagia. Ya Allah Ya Rabbi, lalu harus bagaimana aku hidup dalam keadaan seperti ini?
       Pagi hari, pipiku terasa basah, aku terbangun lalu melihat sosok seseorang lelaki didepanku. Ia berkata " Wahai humairah, aku sungguh mencintaimu karena Allah" aku kembali tersenyum mendengar perkataan itu kembali. Aku kira dia akan marah padaku setelah aku tidak memberinya keturunan selama 15 tahun kami menikah. Aku kira dia akan membenciku ketika aku tak bisa mendatangkan tawa dan tangisan seorang anak dari rahimku sendiri. Aku kira dia akan mentalakku seperti lelaki lainnya. Subhanallah, lalu aku terbangun dan duduk diatas ranjangku, dia lalu mengecup keningku dengan air mata yang banjir. Tanpa ku tanya mengapa, jawabannya telah ku ketahui semalam. Ketika dia bekerja, satu hal selalu terfikir dalam benakku adalah bagaimana ketika aku menua tanpa memberinya kebahagiaan sama sekali. 
       Hari demi hari kami lewati tanpa beban lagi, masih sama seperti hari yang lain, masih ada kata cinta yang terlontar, kecupan dikeningku dan belaian penyejuk itu. Namun suatu ketika, ketika rasa cinta itu bertambah besar, berkembang bagaikan bunga mawar tanpa duri lagi. Aku dan suamiku solat berjamaah seperti biasanya, begitu khusyuk, namun hari ini berbeda, sujud pada rakaat terakhir begitu lama, aku bertanya-tanya ada apa, aku terdiam lalu menutup solatku dengan sendirinya. Sedangkan dia masih dalam keadaan bersujud, lalu aku memandanginya, aku bertanya mengapa begitu lama, adakah namaku lagi dalam sujudnya? Atau dia menyesal menikahiku? Namun 15 menit telah berlalu, aku masih memandanginya, lalu aku memanggilnya "Abi, apa yang kau lakukan?" dia hanya terdiam dan masih bersujud. Lalu aku bertanya kembali "Abi, apa kau marah pada Allah dan aku?" dia masih dalam keadaan yang sama. Lalu aku melihat seluruh tubuhnya tidak lagi bergerak. Lalu kudekati dia, ku lihat tubuhnya sudah pucat dengan sajadah yang sudah basah. Ku balikkan badannya seperti normal lagi, yang ku dapati dia sudah kaku. Aku menangis terisak-isak dan mengecek adakah denyut nadinya lagi? Aku tak mendapati itu. Sampai aku putus asa, aku menelfon dokter dan ketika itu dokter mengatakan hal yang sama. YA ALLAH YA RABB!!!! Inikah caramu untuk memberhentikan cinta kami? Apakah ini karena ku tidak bisa memberinya kebahagiaan? Maafkan aku abi, aku tak pernah memberimu kebahagiaan ketika kau masih hidup. Aku malah selalu menyangka kau akan menikahi wanita lain yang bisa memberimu keturunan.
       Ketika pemakaman, aku menangis tanpa henti, ada penyesalan ketika aku tak bisa memberinya kebahagiaan. Di detik terakhir dalam sujudnya pun aku menyangkal bahwa dia akan mengingat masalah itu kembali. Pemakaman telah sepi, hanya aku yang ada disana. Lalu ada angin kuat didepanku, ku dapati suamiku sedang tersenyum memakai baju kesayangannya, baju kokoh berwarna putih. Dia mengucapkan "Selamat tinggal humairah, calon bidadari surgaku, aku percaya kita akan bertemu di surga nanti. Tetaplah menjadi bidadari dunia yang indah nan harum seperti bunga mawar yang selalu ku berikan padamu. Akan ku nantikan ketika kita berkumpul lagi" Aku semakin heran terdiam, apakah ini halusinasiku? Atau aku sudah gila? Namun ini adanya. Satu hal yang ku dapati darinya : "Aku mungkin memiliki cintanya, dan seluruh hatinya. Namun aku tak akan pernah memiliki jalan hidupnya"