Laman

Senin, 03 Desember 2012

Karena aku percaya, ada pelangi sesudah hujan

Kemarin aku menangis tersedu-sedu tanpa henti hingga dadaku sudah tak mampu lagi menahannya. Aku hanya sudah terlalu lama bungkam dan bersabar. Mencoba untuk menerpa badai yang selalu datang dan berusaha menegakkan tombak didepannya. Namun yang ada hanyalah aku tak sanggup dan kembali menangis. Sungguh, aku benci ketika aku menangis. Sesuatu hal yang membuat dadaku sesak dan memusingkan kepalaku. Tetapi faktanya adalah menangis dapat melegakan segalanya....

Lagi-lagi ada saja kejadian pada hari jum'at, tetapi yang ini sangat mengecewakan. Seorang keluargaku mengatakan padaku "Sudah banyak yg berkata buruk tentangmu di depanku, aku hanya bisa terdiam dalam sakitku" kira-kira begitulah katanya. Saat itu aku hanya terdiam, lalu menengadahkan kepalaku karena mataku sudah berkaca-kaca, aku hanya tak ingin tampak begitu lemah didepan mereka. Namun air mata ini tetap saja menetes. Sakitnya bukan main, dadaku sangat sesak. Kata-kata itu seolah memojokkanku, karena hampir setiap hari aku mendapatkan olokan dari mereka dan untuk kali ini, aku membuat keluargaku sendiri tersakiti ketika mendengarnya. Aku tahu pasti dia malu punya keluarga sepertiku. Aku berlari ke musholla roudhotut tolibin, saat itu aku hanya ingin menangis dihadapan-Nya, menanyakan apakah aku pantas mendapatkan seperti ini setiap hari? Apakah aku telah jauh dari-Nya? Sahabat-sahabatku mengerubuniku, mereka seolah menguatkanku dan beberapa dari mereka ikut menangis bersamaku. Sungguh, merekalah sahabat terbaik yang pernah aku punya. Membagi tangisnya denganku, dan merelakan kebahagiaannya hanya demiku, meneteskan butir-butir air mata dihadapan orang lain. Aku berajak dari tempat itu, karena waktu sudah menunjukkan waktu zuhur. Ketika solat, aku masih saja terisak sampai aku berdoa. Dan aku menutup mukaku rapat-rapat dengan tanganku, lagi-lagi masih ketahuan jika aku menangis. "Dita kenapa?" aku masih terdiam..... "Dita....kenapa? Cerita sama kakak. Ini kak bela. Kakak gak tau masalahnya, kakak tadi gak disana" aku membuka tanganku, lalu menggelengkan kepalaku. Kami hanya terdiam, sama-sama dalam keadaan hening. Lalu seorang kakak datang lagi, kemudian menggenggam tanganku erat-erat, dia menasihatiku. Namun aku menolak, aku berkata "Aku bukan menyalahkan siapa-siapa....Aku hanya membenci diriku sendiri, aku hanya ingin mati sekarang karena tiada yang bisa ku lakukan. Sama sekali tak ada". Dia kembali menasihatiku "Kakak pernah punya masalah dan pernah ingin mati, tetapi kakak kembali bertanya, akan malukah Allah punya makhluk seperti kakak....". Aku terdiam, malu, malu sebagai hamba-Nya yang hanya bisa mengadu, malu menangis bukan karena dosa, malu menyia-nyiakan waktu yang Dia berikan kepadaku, dan malu ketika aku tak bersyukur untuk hidup. Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya "Jangan pernah bilang mau mati lagi ya dek. Kakak tahu dita orang yang kuat. Karena Allah gak akan ngasih sesuatu yang gak bisa kita lalui, dan cobaan adek sudah sangat besar, berarti Dita sudah cukup hebat. Dita itu sudah di atas. Janji gak akan bilang gitu lagi?" lalu dia menyisipkan kelingkingnya pada kelingkingku, aku tersenyum. Dan sahabatku meneteskan air mata melihat perbincangan itu, ketika usai kak Lia berkata. Sekarang giliran yastie yang menangis tersedu-sedu didepanku, dia mengatakan "Dita harus kuat..... Kita kan sudah sering ngadepin masalah gini, kita sama-sama tak! Ga ada yang ninggalin satu sama lain, apa kami pernah ninggalin kamu ketika kamu sedih? Inget tak, kamu punya kami dan Allah. Biarin orang mau bilang apa, aku tahu betul kau gimana." Aku menangis, ku peluk dia dengan sangat erat. Menangis dalam dekapannya, dan meneteskan air mataku pada jilbab indahnya. Semua sahabatku ikut menangis disana. Aku tahu betul, Allah akan memberikan sesuatu kesulitan beserta kemudahan. Dan aku meyakini, merekalah ( calon bidadari-bidadari  surga ) ini lah yang Allah kirimkan untukku. Aku sangat bahagia, diantara 1000 orang yang membenciku, aku mempunyai Allah yang sangat jauh lebih besar daripada mereka. Dan haru biru menjadi hangat saat itu.

Dibawah pelangi rhoudotut tolibin,
Jum'at, 30 November 2012
Unforgettable moment