Laman

Jumat, 26 Juli 2013

The miracle of shalawat

Abdul Wahid bin Zayd bercerita, ‘Suatu kali aku keluar rumah menuju Baytullah al-Haram untuk melaksanakan haji. Di tengah jalan aku ditemani oleh seseorang yang seakan-akan tidak mau berdiri dan duduk, tidak mau datang dan pergi, tidak mau makan dan minum, tidak mau tidur, kecuali ia banyak membaca shalawat kepada Nabi. Lalu aku bertanya kepadanya mengapa ia banyak membaca shalawat. Ia menjawab, ‘Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah ajaib. Suatu hari aku pergi menuju Mekkah bersama ayahku. Dalam perjalanan, kami singgah di suatu kampung. Pada saat itulah, aku tertidur. Dalam tidurku aku mendengar suara yang berkata kepadaku, ‘Wahai Fulan, bangunlah. Sesungguhnya Allah sudah mematikan ayahmu dalam keadaan wajahnya hitam legam’. Seketika itu juga aku terbangun, dan aku lihat ayahku sedang berbaring dalam keadaan tertutup wajahnya. Lalu aku singkap kain yang menutupi wajah ayahku, dan aku dapatkan ayahku sudah meninggal dan wajahnya hitam legam. Aku begitu sedih dengan kejadian itu, sehingga aku kembali tertidur. Pada saat tidur itu, aku bermimpi melihat 4 malaikat yang berwajah hitam di dekat kepala ayahku, dan 4 malaikat berwajah hitam di dekat kaki ayahku. Di tangan malaikat-malaikat tersebut ada tongkat-besi yang diambil dari neraka untuk menyiksa ayahku. Pada saat aku memperhatikan apa yang akan dilakukan malaikat-malaikat tersebut kepada ayahku, maka datanglah seorang laki-laki yang dari wajahnya memancar cahaya. Laki-laki itu mendatangi para malaikat tersebut sambil berkata, ‘Tinggalkan dia’. Maka malaikat-malaikat tersebut meninggalkan ayahku sampai aku tidak lagi melihat 4 malaikat itu. Lalu laki-laki itu mendatangi ayahku dan mengusap wajah ayahku dengan tangannya. Maka, wajah ayahku menjadi sangat putih, melebihi putihnya salju, dan wajah ayahku menjadi bersinar. Lalu laki-laki itu mendatangiku dan berkata, ‘Allah sudah memutihkan wajah ayahmu dan menghilangkan hitam dari wajahnya’. Aku bertanya kepadanya, ‘Siapakah engkau? Semoga Allah membalas perbuatanmu dengan kebaikan’. Laki-laki itu berkata, ‘Aku adalah Muhammad Rasulullah’. Aku berkata kepadanya, ‘Wahai Rasulullah, apa sebabnya engkau mendatangi ayahku?’ Rasulullah menjawab, ‘Semasa hidupnya, ayahmu memang sering melakukan kesalahan. Meskipun demikian, ayahmu banyak membaca shalawat kepadaku. Ketika ia sedang dicabut nyawanya, ia minta tolong kepada Allah dengan perantaraanku. Aku adalah penolong bagi siapa saja yang banyak membaca shalawat kepadaku’. Setelah itu, aku terbangun dari tidurku. Lalu aku membuka kain yang menutup wajah ayahku, dan aku lihat wajah ayahku menjadi putih. Aku segera mengurus kematiannya dan menguburkannya. Sejak saat itu, aku tidak pernah lepas dari membaca shalawat kepada Nabi’.
Mengomentari kisah tersebut, Ibnul Jawzi berkata, ‘Kalau shalawat dapat membuat wajah bersinar di saat mati, maka lebih layak lagi kalau shalawat juga dapat membuat hati menjadi bersinar ketika masih hidup. Atas dasar itulah, Allah menjadikan pribadi Rasulullah sebagai ‘sinar’. Allah menamai diri Rasulullah sebagai ‘pelita yang menyinari’ (sirajan muniran)’.
Dari kisah tersebut, banyak yang bisa kita ambil bahwa:
1. Kematian tidaklah bisa ditebak-tebak entah sekarang atau nanti
2. Shalawat memperindah kehidupan dan menjadi penolong yang nyata
3. Allah-lah sebaik-baiknya penolong dan Rasulullah SAW sebagai perantaranya
Jadi pertanyaan sekarang, susahkah membaca shalawat? Setiap hari berapa kali anda bershalawat? 1 kali? 2 kali? 3 kali? Yuk tingkatkan lagi, jadikan 100 kali per hari. Karena shalawat bisa dibaca dimanapun dan kapanpun. Karena shalawat tidak akan merepotkan dan akan membantu sukses dunia akhirat. Karena perumpamaan shalawat itu seperti gelas yang sudah penuh, lalu diisi lagi hingga tumpah dan yang tumpah itu lah bonus untuk kita. Allah senang memberi obral pahala besar-besaran loh :) 

Getaran itu datang lagi....




Aku menatap ke arah lapangan dari balkon kelasku. Menerawang ke arah masa lalu, seakan-akan menghadirkanmu lagi dalam sekolah itu. Sekolah ini, memiliki banyak kenangan yang tak terlupakan. Salam itu, senyuman itu. Dan terkadang, satu-satunya alasan mengapa saya bisa tersenyum jua adalah karena senyuman itu. Aku kembali menitihkan air mata. Karena rasa dan getaran itu kembali menyapa, menyinggung kesendirianku saat ini, seakan berlari-lari di pikiranku. Aku masih sama. Berkutat dan berkawan pada getaran itu. Rasanya tetap sama. Namun semenjak luka dan sedih datang, aku enggan menyambutnya dengan senyuman. Terkadang, aku hanya ingin membuangnya jauh-jauh. Karena dalam tangisku, sudah cukup membuatku menghilangkan segala getar dihati.Aku yang sampai saat ini masih berkawan pada getaran itu, kini belajar menjadikan diri ini bisa membuangnya jauh-jauh.

Getaran ini, getaran suci yang aku tahu adalah getaran dan perasaan yang Dia titipkan untukku. Tugasku bukanlah untuk melahap rasa itu mentah-mentah. Melainkan menjaga semua rasa ini, menyikapinya lebih dewasa dan belajar dari luka yang Dia berikan padaku. Dan aku yakin jika memang dialah imamku yang Dia titipkan untukku, maka rasa dan getaran ini masih tetap sama dan berlabuh pada suatu cinta yang suci. Sebuah rasa yang pasti di ridhoi-Nya. Aku percaya, Dia telah menyelipkan rasa yang indah dalam hati ini, maka tak sepatutnya aku tidak menjaganya.

Yaa Allah, jika dalam hati ini terpaut cinta selain-Mu, jadikanlah cinta ini karena-Mu, agar cintaku kepada-Mu bertambah kuat pada-Mu. Aamiin Allahumma amin...

Rabu, 10 Juli 2013

maka nikmat Tuhan-mu yang mana yang kamu dustakan? :')

Suatu saat nanti
Aku takkan bisa lagi tertawa
Mulutku tak dapat lagi berbicara
Tangan kaki ku kaku tanpa bisa digerakkan sama sekali
Suatu saat nanti
Semua orang menangis terisak melepas kepergianku
Namun tak bisa mengembalikanku
Suatu saat nanti
Semua orang beranjak meninggalkanku dari tempatku dikubur
Disana, sendiri terbatah-batah menjawab pertanyaan munkar-nakir
Suatu saat nanti
Akan ada penyesalan mengapa aku tak berlaku baik di dunia
Namun tiada berarti disisi Rabbku........

              Puisi di atas sepenggal apa yang akan terjadi pada kita, mengingatkan bahwa dunia sangatlah fana. Dunia hanyalah senda gurau, namun Allah sediakan ladang tabungan kita untuk akhirat. Aku pernah mendengarkan seseorang berkata, "Tahukah kamu apa saja 7 keajaiban dunia?" dan aku spontan menjawab "komodo, borobudur, taj mahal, tembok besar cina, menara pisa, dan lain-lain" lalu dia langsung tersenyum simpul, ia tidak mematahkanku saat itu juga. Lalu dia tertawa geli. Aku menatapnya sinis. Merasa begitu goblok dimatanya. Aku bertanya padanya, "Mengapa kau tertawa? Apakah sudah diganti?". Dia hanya tersenyum. Seketika kami tanpa sepatah kata, berputar arah tanpa melihat satu-sama lain. Dia melanjutkan, "Kau lihat, mulut ini berbicara, tangan ini bergerak, kaki ini melangkah, hidung ini bernafas, mata ini melihat, jantung ini berdenyut, dan otak ini berfikir. Sungguh, itulah 7 keajaiban dunia. Maka nikmat Tuhan-mu yang mana yang kamu dustakan?". Aku masih terdiam, namun diam kali ini karena aku berfikir. Aku memutar badanku kembali, ia pun melakukannya. Lalu aku tersenyum, takjub dengan yang dia katakan. Sederhananya, perkataanya yang seperti itulah mengingatkanku bahwa semua yang ada di bumi ini tidak lain dan tidak bukan hanyalah dari-Nya. Bagaimana jika Dia mengambil salah satu dari nikmat itu? Naudzubillahimindzalik. Aku menarik nafasku pelan, nikmatnya masih sangat bisa kurasakan. Aku menatap sekelilingku, subhanallah semuanya begitu indah. Aku menggerakan tanganku, aku rasakan detak jantungku, aku memikirkan masa depanku, dan aku berjalan menuju-Nya. Subhanallah, bahkan ini jauh lebih indah daripada apapun. 
            Ada sebuah kisah, ada seorang gadis berusia 28 tahun yang mendatangi suatu pondok pesantren, dia terlihat bukan seperti gadis biasanya, dia berjalan dengan tongkat di tangan kanannya dan kacamata hitamnya. Tidak, ini bukan karena fashion. Ini karena dia tak mampu melihat dan dia malu. Diketuknya pintu gedung itu, "assalamu'alaikum" katanya dengan perlahan. Lalu seorang ustadz datang menyambutnya, "wa'alaikummussalam. silahkan masuk! ada apa teh?". Duduklah ia dibantu oleh saudaranya yang menemaninya itu, "Ustadz..... ustadz tau mengapa saya memakai kacamata hitam dan tongkat ustadz? ustadz, umur saya masih 28 tahun ustadz, saya merupakan anak orang yang mempunyai banyak aset dan uang. ayah saya mempunyai kapal pesiar ustadz. namun saya buta ustadz, saya butaaaa!!! Ini bukan dari lahir ustadz, ini baru terjadi sekitar 3 tahun yang lalu. Waktu itu saya sakit, dan saya dibawa ke rumah sakit. Saya diberi obat, setelah itu saya tertidur. Ketika bangun semuanya sudah gelap, ibu dan ayah saya disamping saya, namun saya tak dapat melihatnya. Ayah saya menyuruh saya tidur lagi, barangkali saya masih lelah. Dan tidurlah lagi saya, ternyata ketika bangun masih sama. Ustadz, saya butaaaa! Saya sudah mencari orang yang mau mendonorkan matanya untuk saya, barangsiapa yang mau maka ayah saya akan memberikan seluruh asetnya, seluruh asetnya kepada orang tersebut. Namun, sudah 3 tahun. Masih belum ada ustadz, saya frustasi ustadz" ia terus meneteskan air matanya tanpa henti. 
        Ibrah yang dapat diambil adalah janganlah kita sia-siakan apa yang sudah Allah berikan, nikmati dan syukuri kalau bisa dijaga. Hingga ketika Allah mengambilnya, kita sudah benar-benar merasa puas. Setidaknya kita sudah menjalankan yang terbaik. Ingatlah miskin ketika kaya, ingatlah sakit ketika sehat, ingatlah mati ketika hidup. Sungguh, di dalam kubur hanyalah sendiri. Barangsiapa yang mengerjakan amal soleh, maka amal yang akan menjawab pertanyaan munkar-nakir tanpa terbatah-batah. 

Jumat, 05 Juli 2013

pemimpi kecil yang bermimpi besar

               Assalamu'alaykum wr.wb. Akhi wa ukhti yang saya cintai karena Allah. Alhamdulillah, setelah 5 hari saya berliburan. Hitung-hitung sambil menyelam minum air, ya sambil liburan sekalian cari ilmu yang bermanfaat. Alhamdulillah kembali dalam keadaan sehat dan selamat :) sedikit berbagi kisah, dan semoga bermanfaat ya.
             Hari pertama sampai di Tangerang, langsung mendarat di Darul Qur'an dan disambut dengan santri-santri yang sedang dengan khusyuknya menghafal al-qur'an. Dan demi Allah ini sangat membuat hati ini renyuh se-renyuh-renyuhnya. Malu, sebenarnya sudah berapa banyak hafalan yang saya lakukan? Cemburu, takut Allah lebih mencintai mereka daripada saya. Disana juga ada sistem 'one day one hadist'. Kami turut menghafal dan rasanya begitu bahagia menjadi bagian dari mereka. 
             Bahagia itu sederhana <- saya baru benar-benar mengetahui apa makna sesungguhnya daripada ini. Jadi selama 5 hari itu, kami mengunjungi beberapa pesantren, yaitu darul qur'an dan daarut tauhid. Disana kami mendapatkan banyak pelajaran, salah satunya ketika di daarut tauhid, kami mengunjungi rumah dari pemilik pesantren tersebut. Ya, ustadz aa' gym. Ternyata jauh daripada ekspektasi saya, rumah yang saya kira besar dan megah. Ternyata hanya sebuah rumah yang sederhana. Padahal aa' gym adalah orang yang dirasa sangat tidak kekurangan, bahkan beliau pernah memimpin 27 perusahaan sekaligus. Dan ternyata beliau apabila berpergian selalu menggunakan sepedanya, dia tetaplah sederhana. Sekali lagi, sangat sederhana.
           Di daarut tauhid lagi, ketika sedang mengambil wudhu, saya bertemu dengan teh ninih (istri aa' gym) mukanya cerah, cantik dan awet muda. Subhanallah, senyumnya pun meneduhkan hati. Dia-lah calon bidadari surga yang benar-benar di janjikan Allah. Disana juga, saya menemukan banyak orang-orang yang ramah sekali menegur dan menyapa saya. Saya berkenalan dengan santri-santri muslimah, ada yang dari Aceh. Semangatnya jauh-jauh dari Aceh ke Bandung hanya untuk mondok dan kuliah. Subhanallah, ini yang benar-benar membuat saya malu. Walau dalam kenyataannya juga, restu ibu dan ayah yang saya takutkan....
          Dan ternyata ketika materi, semua yang menyampaikan materi adalah dari negeri andalas. Ya, mereka dari sumatera. Terutama sumatera bagian selatan. Ini juga yang membuat semangat saya semakin berkobar-kobar. Yang membuat saya semakin bermimpi besar adalah ketika materi tentang sebuah mimpi. Bahwa pemuda yang hebat adalah yang mempunyai mimpi hebat, ikhtiar hebat, karya hebat, ibadah hebat dan akhlak yang hebat. Moga kami adalah bagian dari itu....
          Terlalu banyak cita-cita diri ini, yah, mulai hari ini sebut saja aku pemimpi kecil yang bermimpi besar. Menjadi hafidzah. Kuliah di FKG UNPAD dan mondok di daarut tauhid, dengan berdagang dan membiayai kuliah sendiri bahkan memberikan uang kepada orang tua. Membangun masjid, membangun pesantren dan rumah sakit gratis.
           Sesungguhnya, yang kulakukan adalah untuk kedua orang tuaku. Karena ridho-Nya adalah ridho kedua orang tuaku. Dan harapanku adalah keduanya ku kantungi. Hingga mudah segala jalanku. Aamiin Allahumma amin :)