Kata-kata ini begitu sederhana, bahkan hanyalah sebuah kalimat yang tiada arti bagi mereka. Namun, sejujurnya itulah jawaban dari kelelahanku, jawaban mengapa aku selalu menyukai hujan dan pelangi sesudahnya.
Semalam aku membaca artikel tentang albert einstein, siapa yang tidak tahu dengan ilmuwan yang satu ini. Dengan IQ yang tinggi dan begitu mempengaruhi dunia. Tetapi dia tumbuh bukan karena kesempurnaan yang Tuhan kasih kepadanya, melainkan kekurangan-kekurangan yang dia miliki. Dia adalah penderita disleksia, yaitu penyakit dimana penderitanya mengalami kesulitan untuk membaca dan belajar. Bahkan dia sempat dikeluarkan dari sekolahnya karena hal ini. Namun dibalik beribu-ribu kekurangan yang dia miliki, Allah tahu apa yang dia butuhkan, maka Allah memberinya satu kelebihan untuk menutupi semuanya. Kejeniusannya di bidang sains telah menyumbangkan banyak hal pada bidang ini. Semua ini karena dia selalu percaya "Tuhan tidak bermain dadu" katanya. Dia juga percaya bahwa imajinasi lebih penting daripada ilmu pengetahuan.
Aku terdiam sejenak semalam, aku yang kurasa tidak memiliki kekurangan separah itu malah asik bermalas-malasan dengan duniaku saja. Bagaimana bisa aku menjadi orang yang dikenang seperti tuan einstein ini? Aku hanya ingin menjadi bermakna ketika aku tiada.
Kehidupan itu seperti menulis, dan penulisnya adalah kita. Jadi, yang menentukan baik atau buruknya hidup kita adalah kita sendiri.
Bahkan aku sering sekali berkata "Aku lelah...." dalam setiap tulisanku. Aku lupa apa saja yang sudah Allah berikan padaku, ketika aku tersesat, maka Dia datang dan membimbingku kembali. Maka sesungguhnya aku telah banyak melakukan dosa ketika aku mengatakannya :')
Ibu, aku harap kau masih disini hingga aku mati nanti, kan ku buktikan bahwa hidupmu tak sia-sia. Hidupmu akan tersenyum. Aku berjanji akan membuat hari tuamu menjadi lebih berwarna, karena melihatku telah berada didepan dan tentunya dalam genggaman tanganmu.
"I may be nothing today, but i will be something someday" - Mega Dita Agustin.