Laman

Rabu, 27 Mei 2015

Egois

Dua tahun berlalu. Bukan waktu yang sebentar bukan? Bukan juga waktu yang lama. Tetapi setidaknya berkutat dengan perasaan yang itu-itu saja rasanya sangat menyakitkan. Malam ini, tepat sekali ketika semua rasa bosan menghantuiku. Tiba-tiba kenangan masa lalu masuk tanpa mengetuk lagi. Kugerahkan seluruh tubuhku untuk meraih laptopku. Hanya sekedar untuk memastikan bagaimana kabarmu jauh disana. Yang mungkin kau sama sekali tak akan pernah datang kesini lagi.

Dua tahun berlalu. Masih teringat jelas difikiranku tentang bagaimana kau dan aku berbicara satu sama lain. Walau lidahku keluh mengucapkan sepatah dua kata. Setidaknya, kita pernah berbicara setelah sekian lama aku hanya bisa mengagumimu.

Dua tahun berlalu. Ketika sebuah cemoohan hebat menghantam kehidupanku. Kau dengan diam-diam ternyata memperhatikan aku. Kau bilang aku harus sabar dan kuat. Hei, kau fikir aku tidak tahu kau yang menyampaikannya pada temanmu itu? Aku menebak dan aku berhasil tahu itu kau. Hebat, bukan?

Dua tahun berlalu. Ketika ucapan ulang tahun darimu selalu berarti hebat dalam hidupku. Ketika semua orang yang berlalu lalang hanyalah debu yang tak kuhiraukan.

Dua tahun berlalu. Ya, ketika jiwa pengecutmu tiba-tiba keluar dan kau menyuruhnya menjagaku. Memangnya kau fikir aku tidak tahu itu?

Ah, dua tahun berlalu juga. Ketika kau lebih memilih bungkam daripada menunjukkan setiap rasamu padaku. Kala itu kau begitu kalah dengan egomu. Itulah yang membuatmu kalah darinya yang kupilih saat itu. Andai saja kau yang mengucapkannya lebih dulu. Mungkin aku akan memilihmu.

Dan dua tahun berlalu. Ketika semua tanya di otakku tentang alasan apa yang membuat gengsi dan egomu lebih kuat daripada perasaanmu. Saat itu juga aku tahu bahwa perasaanmu jauh lebih besar dari egomu.

Hey, kau tahu? Ada yang lebih kuat dari batu ternyata. Iya, egomu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar